Suara.com - Dalam rekonstruksi kasus pembunuhan Angeline di
rumah Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, Senin (6/7/2015) siang, tersangka
pembunuh bernama Agus sempat marah kepada ibu angkat Angeline, Margriet
Christina Megawe alias Margaret.
Peristiwa itu terjadi saat memasuki adegan ke 50 hingga 60
yang merupakan proses pembunuhan terhadap Angeline. Tapi dalam reka ulang yang
digelar polisi, Margaret menolak memperagakan adegan, akhirnya posisinya
digantikan orang lain.
Agus menilai Margaret yang juga menjadi tersangka pembunuh
Angeline, tidak mau mengakui bahwa kala itu Angeline menjerit-jerit minta
dilepaskan.
Agus sampai memukul tiang rumah Margaret untuk melampiaskan
kemarahannya.
"Pembohong kau Margaret," kata Agus.
Pengacara Agus, Haposan Sihombing, memahami kemarahan Agus.
"Dia sempat marah kepada Margaret. Karena nyonya M ini
mengelak bahwa saat itu Angeline menjerit," kata Haposan.
Selain itu, Haposan juga menceritakan adegan tubuh Angeline
disundut rokok.
Saat itu, kata Haposan, Agus diminta menyundutkan rokok ke
tubuh Angeline.
"Tapi dia waktu itu tidak mau, akhirnya ibu M inilah
yang menyulut rokok ke badan Angeline," kata Haposan.
Di bagian-bagian akhir adegan rekonstruksi, Angeline
dilaporkan hilang dari rumah. Tapi, Haposan mempertanyakan apakah ketika itu
Margaret benar-benar membuat laporan kehilangan atau tidak.
"Kami tidak tahu adegan selanjutnya, apakah mereka
benar-benar melaporkan kepada kepala lingkungan desa sini atau tidak. Yang tahu
itu hanya penyidik," kata Haposan.
Dia mengaku tidak mengetahui apakah Rohana tahun tentang
pembunuhan Angeline atau tidak.
"Sekitar pukul 19.00 Wita ibu Rohana datang ke rumah
Margaret, kemudian disusul Yvonne (anak kandung Margaret) yang datang, sudah
itu saja," katanya.
Haposan juga masih merasa janggal dengan waktu kematian
Angeline. (Luh Wayanti)
Pengakuan Agus Tersangka Pembunuh Angeline
1. Putri Margriet Datang
Sejak bekerja pada 23 April 2015, Agus mengaku hanya 1 kali
bertemu dengan putri sulung Margriet Megawe, yakni Yvonne. Pertemuan itu pun
baru terjadi pada malam di hari kematian Angeline, 16 Mei 2015.
Seperti diungkapkan pengacara Agus, Hotman Paris Hutapea.
"Agustinus mengatakan kepada saya bertemu Yvonne pada
malam hari sesudah Angeline dibunuh," kata Hotman usai mendampingi
Agustinus di Mapolresta Denpasar, Bali pada Kamis 2 Juli 2015 lalu.
"Selama 1 bulan bekerja di rumah Margriet. Klien kami
tidak pernah melihat Yvonne," imbuh Hotman.
Namun Hotman mengaku tidak mau mengaitkan hal ini dengan
pembunuhan Angeline.
Sementara kepolisian tengah menelusuri alasan kedatangan
kakak angkat Angeline, Yvonne, ke rumah ibunya pada 16 Mei 2015 lalu.
2. Angeline Bersimbah Darah
Penasihat hukum Agus lainnya, yakni Haposan Sihombing
mengaku bahwa kliennya menangis ketika melihat Angeline tergeletak bersimbah
darah di dalam kamar Margriet Megawe.
Menurut dia, kala itu Agus juga menangis. Haposan
mengatakan, pria asal Sumba, NTT itu juga panik saat menemukan Angeline dalam
kondisi mengenaskan.
"Saat melihat Angeline tergeletak (bersimbah darah)
seperti itu, Agus menangis dan panik," ucap Haposan pada Sabtu 4 Juli 2015
lalu.
3. Kenapa Begini?
Agus tak diam saja menyaksikan bocah ayu di hadapannya
bersimbah darah itu. Hal itu disampaikan oleh pengacara Agus, Haposan
Sihombing.
Haposan menuturkan, kliennya menanyakan kepada Margriet
tentang keadaan Angeline kala itu. Menurut dia, Agus sempat menanyakan apa yang
terjadi pada bocah 8 tahun tersebut.
"Dia (Agus) tanya, 'Kenapa begini bu?'" kata
Haposan menirukan pengakuan Agus.
Meski begitu, Agus tak mendapatkan jawaban.
"Setiap ditanya, Margriet selalu jawab, 'Kamu turuti
saja, kamu jangan banyak tanya'," imbuh Haposan.
4. Om...
Haposan sang pengacara mengklaim, Agus menyesali
perbuatannya. Apalagi ketika dia terkenang momen saat Angeline memanggilnya
dengan sebutan om.
"Agus menyesali perbuatannya. Kenapa waktu itu dia mau
begitu saja membantu menguburkan jasad Angeline," ucap dia.
"Yang tidak dilupakan Agus kepada Angeline. Bahkan,
Agus mengaku dia tidak bisa melupakan Angeline ketika dipanggil 'om',"
beber Haposan.
5. Di Pelukan Ibu
Kandokang Madik dan Hiwa Hawadoru, ibu serta kakak kandung
Agus dipulangkan ke kampung halaman mereka di Sumba, NTT setelah selama 2 pekan
mereka berada di Bali untuk membantu penyelidikan kasus pembunuhan Angeline.
Keduanya dipulangkan pada 3 Juli 2015.
Selama 2 pekan berada di Pulau Dewata, hanya 1 kali mereka
dapat menjumpai Agus. Meski begitu, Hiwa mengaku, pertemuannya beberapa saat
lalu dengan adiknya itu sangat berarti untuk mereka.
Hiwa bercerita, di pelukan ibundanya, Agus lalu menangis.
"Agus menangis di pelukan ibu kami. Agus bercerita
jujur bahwa dia tidak membunuh Angeline. Agus menceritakan semua perbuatan
dilakukannya," kata Hiwa yang harus mendapat pendampingan untuk
mengucapkan bahasa Indonesia itu.
Sumber
suara.com
new.liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar